



Data pengguna internet menurut (APJII 2022) menunjukan penetrasi internet semakin tinggi yaitu 77,02% dari total populasi. Dan yang sangat menarik yaitu penetrasi nya 67,46% untuk penghasilan dibawah Rp. 1Jt, 88,07% untuk penghasilan Rp. 1jt sd Rp. 5jt, 96,83% untuk tingkat penghasilan Rp. 5jt sd Rp. 15jt dan 88,53% untuk responden dengan tingkat penghasilan diatas Rp. 15jt.
Pemerintah berkomitmen pada pembangunan ekonomi berbasis mayarakat sebagai pelaku usaha. Jumlah wirausaha yang terus berkembang akan menggerakkan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru (TANEO et al., 2022). Ekonomi digital berkembang sesuai dengan 5 (lima) indikator seperti pekerjaan berbasis pengetahuan, globalisasi, dinamisme ekonomi, transformasi ke ekonomi digital dan kapasitas teknologi. Nilai dasar yang menjadi landasan bagi berkembangnya ekonomi digital adalah adanya penciptaan nilai, produk berupa efisiensi saluran distribusi, dan struktur berupa terjadinya layanan personal dan sesuai keinginan.
Indonesia memasuki fase bonus demografi yang harus dimanfaatkan dengan baik. Proporsi penduduk muda lebih dari 25% dari total penduduk Indonesia dengan 59,2 juta unit Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) yang berkontribusi sebesar 61,41% terhadap Produk Dometik Bruto Nasional (Suci, 2017). Ekonomi digital menyumbang 4 persen dari produk domestik bruto. Kekuatan tersebut menjadi dapat menjadi strategi pengembangan ekonomi digital nasional. Akselerasi transformasi digital merupakan wujud nyata proses pemulihan ekonomi pasca-pandemi yang dapat dijadikan alternatif untuk memastikan tercapainya target upaya transformasi digital (Wibowo, 2018). Proses digitalisasi ekonomi memberikan harapan akan pemulihan ekonomi, salah satu wujudnya terlihat dari mulai tumbuhnya bisnis berbasis e-commerce, atau perdagangan online (Mansur et al., 2019). Menurut data dari website setneg.go.id, sektor e-commerce diprediksi memiliki peranan besar, yaitu Rp1.900 triliun atau setara 34 persen dari total ekonomi digital Pemerintah memiliki telah merilis Peta Jalan Indonesia Digital 2021-2024 sebagai arah menuju layanan pemerintahan berbasis digital, masyarakat digital dan aktivitas ekonomi digital. Hal tersebut diharapkan pertumbuhan ekonomi digital dapat menjadi langkah strategis sehingga konstribusinya bagi PDB menjadi semakin signifikan.
Besarnya potensi ekonomi dari tumbuhnya bisnis digital ini sangat penting untuk di garap secara serius karena perkembangan teknologi digital akan mendongkrak pondasi ekonomis secara nasional (Raeskyesa & Lukas, 2019). Namun dalam bisnis digital ini memiliki karakter dan value yang berbeda dengan bisnis yang berbasis layanan secara konvensional (Dharmawirya, 2012). Behavior pengguna digital sangat berbeda dengan pengguna konvensional, padahal keberhasilan bisnis yang berbasiskan teknologi digital sangat tergantung dari kesesuaian produk dengan harapan, keinginan dan kebutuhan pelanggan (Chen et al., 2021).
Potensi bisnis digital yang sangat besar ini menjadi rebutan bagi banyak perusahaan, dan tidak sedikit yang kepemilikanya dimiliki oleh asing. GUI sebagai lembanga Human Capital Research and Development Centre memiliki kepedulian untuk memajukan digitalisasi pada sektor ekonomi Indonesia. Beberapa UMKM dikawasan Cirebon seperti yang bergerak pada komoditas Gerabah dan UMKM yang berada pada Kawasan Wisata Sitiwinangun mendapatkan program awareness tentang pentingnya untuk melakukan digitalisasi bisnis.
Dalam mengembangkan produk digital diperlukan tahapan-tahapan yang mampu menghasilkan sebuah platform digital yang memenuhi harapan, keinginan dan kebutuhan pengguna. Cepatnya perubahan profile market mengharuskan operator mampu mendesign produk sesuai dengan karakteristik pasar dan mampu mengikuti perubahan keadaan dengan cepat. (Mueller-Roterberg, 2018) memaparkan konsep tentang memahami problem yang terjadi meliputi kesulitan konsumen, kemudian dilanjutkan dengan mendesign solusi dan sampai membuat prototype hingga uji coba solusi yang di kembangkan. Design produk harus benar-benar sesuai dengan Consumer Behavior.
Consumer behavior atau perilaku konsumen inilah yang mendasari seorang konsumen untuk membuat keputusan melakukan pembelian atau tidak. Ini adalah studi yang dilakukan kepada konsumen dan bagaimana mereka melakukan pembelian dari suatu produk / layanan.
Consumer behavior dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Dharmawirya, 2012).
Salah satu sokoguru ekonomi nasional yaitu sektor Ekonomi Mikro Kecil dan Menengah yang memberikan lapangan kerja terbesar. Potensi bisnisnya juga sangat tinggi. Saat terjadi krisis seperti masa pandemic covid 19 sektor UMKM menjadi penopang ekonomi masyarakat. Sektor ini sangat strategis untuk terus digarap secara intens oleh GUI. Data-data menunjukan begitu besar peran UMKM ini yang eksistensinya saat ini sangat terancam oleh kehadiran produk asing. Kementrian Koperasi dan UMKM berjuang keras untuk bisa menumbuhkan potensi bisnis berbasis UMKM dengan membangun fondasi untuk tumbuh dan kembangnya UMKM. Adapun lima pondasi adaptasi yang telah dijalankan di tahun ini diantaranya, kemudahan akses pembiayaan, perluasan pasar dan digitalisasi, kemitraan, pendataan dan reformasi birokrasi (Tjahjadi et al., 2019). Kemenkop telah menetapkan tahun 2022 akan meningkatkan jumlah UMKM masuk ke ekosistem digital sebesar 30%, atau 20 juta UMKM ditargetkan go digital. Saat ini UMKM yang telah on boarding ke ekosistem digital sebesar 16,9 juta pelaku usaha.
Kontribusi UMKM mencapai 56,18 persen pada 2010 dan kemudian meningkat menjadi 61,41 persen pada 2015. Angka sementara menunjukkan kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 61 persen pada 2018. Sementara itu, persentase tenaga kerja sektor UMKM menunjukkan bahwa UMKM adalah penyerap tenaga kerja utama di Indonesia. Kontribusi tersebut konsisten mencapai 97 persen dari 2010 hingga 2018. Dimulai dari tahun 2010 kontribusi UMKM sebesar 56.18% dan terus meningkat hingga tahun 2018 sebesar 61,07%. Hal ini mengindikasikan bahwa ekonomi nasional Indonesia saat ini yang utama ditopang oleh UMKM.
Customer experience atau pengalaman pelanggan yang bersifat positif sangat penting bagi keberlangsungan bisnis. Sebab, ini menjadi indikator sukses atau tidaknya layanan yang diberikan oleh perusahaan. Bila mereka mendapatkan pengalaman berbelanja yang puas, tentunya ini akan membangun rasa loyalitas pelanggan terhadap perusahaan itu sendiri. Secara umum customer experience merupakan persepsi menyeluruh dari pelanggan tentang pengalaman mereka terkait suatu bisnis atau merek (Følstad & Kvale, 2018). Pengalaman ini dibangun oleh pelanggan saat mereka melakukan interaksi sejak awal dengan merek hingga pasca jual. Singkatnya mulai dari pelanggan melakukan proses navigasi situs, berbicara dengan layanan pelanggan, saat mereka menerima produk atau layanan yang mereka beli dari perusahaan tersebut sampai mereka mengeluh dengan produk itu.
Namun untuk mengembangkan layanan digital ini memerlukan ketepatan dalam mendesign produknya sehingga sedari awal mendesign mesti menagkap secara akurat harapan dan keinginan customer. Perubahan perilaku konsumen pada era digital ini tentu sangat membutuhkan produk yang sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen. Sudah menjadi keharusan pada era digital ini manajemen produksi harus mengacu pada cara pengelolaan proses produksi menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi ini memungkinkan perusahaan untuk memonitor dan mengontrol setiap tahap produksi secara real-time, mempercepat waktu produksi, dan mengurangi biaya.
Menangkap keinginan customer di era digital sangat terbantu dengan perkembangan teknologi sangat membantu dan memegang peranan penting dalam produktivitas sebuah perusahaan dalam menjalankan proses produksi (Mainga & Lam, 2020). Kemampuan perusahaan memberdayakan perkembangan teknologi akan sangat menentukan kesuksesan mengembangkan produksi yang sesuai dengan harapan dan keinginan pengguna. Beberapa teknologi yang digunakan dalam manajemen produksi era digital antara lain:
- Sistem Informasi Manajemen (SIM) SIM membantu mengelola informasi produksi dan mempercepat proses pengambilan keputusan. Dengan SIM, perusahaan dapat memonitor persediaan, menentukan jadwal produksi, dan mengelola sumber daya manusia (Cruz-Cunha & Varajao, 2011).
- Internet of Things (IoT) IoT memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan data secara real-time dari mesin, peralatan, dan sistem produksi. Data ini dapat digunakan untuk menganalisis kinerja produksi dan mengambil tindakan perbaikan yang tepat (Lueg, 2019) (Alarcón et al., 2016).
- Robotika dan Otomatisasi Robotika dan otomatisasi memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan menggantikan pekerja manusia dengan mesin dan peralatan otomatis. Hal ini juga dapat mengurangi kesalahan manusia dan meningkatkan kualitas produk (Rajawat et al., 2021) (Marinelli, 2022).
- Cloud Computing Cloud computing memungkinkan perusahaan untuk mengakses aplikasi dan data produksi dari mana saja dan kapan saja. Hal ini memudahkan manajemen produksi yang terpisah secara geografis dan meningkatkan kolaborasi antara tim produksi (Shakeabubakor, 2015).
Dalam manajemen produksi era digital, perusahaan juga dapat menggunakan analisis data dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk meningkatkan efisiensi produksi dan memperbaiki kualitas produk (Waltersmann et al., 2021) (Choudhury, 2022). Misalnya, analisis data dapat digunakan untuk memprediksi permintaan pasar dan mengoptimalkan rantai pasokan (supply chain), sementara kecerdasan buatan dapat digunakan untuk memantau dan mengoptimalkan kinerja mesin.
Secara keseluruhan, manajemen produksi era digital memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan meningkatkan kualitas produk dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi terbaru.
Manjemen produksi yang efektif dan produktif melibatkan berbagai strategi dan praktik untuk memastikan bahwa proses produksi berjalan dengan lancar dan efisien, sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dengan biaya yang rendah. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencapai manajemen produksi yang efektif dan produktif:
- Perencanaan Produksi yang Baik meliputi penjadwalan produksi, manajemen persediaan bahan baku dan barang jadi, dan pemilihan mesin dan peralatan yang tepat. Dengan perencanaan produksi yang baik, perusahaan dapat menghindari kelebihan persediaan dan memastikan bahwa bahan baku dan sumber daya lainnya tersedia saat diperlukan.
- Pengendalian Kualitas yang Ketat Pengendalian kualitas yang ketat diperlukan untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan. Ini melibatkan pengujian produk secara berkala selama proses produksi untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah sebelum produk akhir diserahkan kepada pelanggan.
- Implementasi Lean Manufacturing Lean manufacturing adalah pendekatan yang mengutamakan efisiensi dan meminimalkan pemborosan dalam proses produksi. Praktik lean manufacturing meliputi pengurangan waktu tunggu, pengurangan persediaan, dan pengurangan kerusakan produk. Dengan menerapkan lean manufacturing, perusahaan dapat menghemat waktu dan biaya produksi.
- Pemanfaatan Teknologi Terkini Pemanfaatan teknologi terkini seperti robotika, otomatisasi, dan IoT dapat membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas produksi. Teknologi ini dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan produksi, mengurangi kesalahan manusia, dan memperbaiki kualitas produk.
- Pelatihan Karyawan Karyawan yang terampil dan terlatih dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas produksi. Pelatihan karyawan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan meningkatkan pemahaman mereka tentang praktik manajemen produksi yang efektif.
- Monitoring dan Pengukuran Kinerja Monitoring dan pengukuran kinerja produksi dapat membantu mengidentifikasi masalah dan memperbaiki proses produksi. Hal ini melibatkan pengukuran dan analisis data produksi untuk mengidentifikasi kesalahan dan pemborosan dan mencari cara untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Dengan mengikuti praktik-praktik tersebut, perusahaan dapat mencapai manajemen produksi yang efektif dan produktif karena dalam proses pendesignanya benar-benar menagkap apa yang diinginkan oleh customer, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keuntungan dan reputasi merek.
Hasil penelitian di MIT menunjukan performa bisnis bisa diupgrade secara signifikan karena akurasi dalam memprediksi dan memvalidasi perilaku customer sangat akurat. Sehingga team marketing maupun sales bisa menyasar calon customer yang potensial serta bisa membawa materi promosi yang tepat setelah dilakukan analisa menggunakan machine learning yang berbasis Artificial Inteligent. Bahkan prediksi type dan karakter produk kedepan yang dibutuhkan oleh konsumen dimasa yang akan datang juga bisa di deteksi dan diprediksi dengan akurat. Pepatah mengatakan pada era digital ini : Siapa yang menguasai informasi akan memenangkan persaingan. Oleh karena itu Telkom harus semakin mengokohkan sistem Profiling Consumer Behavior menggunakan Machine Learning berbasis Artificial Inteligent.